Rabu, 24 November 2010

Berpikir positif dalam menghadapi masalah, serta hubungan masalah dengan keadilan tuhan yang sering dipertanyakan manusia.

Ia datang secara tiba-tiba, namun tidak diharapkan semua orang, karena orang-orang hanya ingin melakukan segala sesuatu dengan lancer tanpa kehadiran dia menghiasi segala macam kegiatan manusia. Ia bisa saja mendatangkan musibah yang amat sangat berat untuk dihadapi, namun tidak banyak yang menyadari bahwa kehadirannya bisa membuat orang lebih berpikir panjang dalam melakukan sesuatu, serta lebih berhati-hati dalam bertindak, mengucapkan sebuah kalimat, dsb.
Ya, masalah adalah salah satu elemen yang paling tidak diinginkan manusia untuk hadir dalam setiap detik kehidupannya, kehadirannya hanya dianggap sebagai musibah laten yang bisa memperlambat setiap kegiatan, atau bahkan tidak jarang kegiatan terhenti karena masalah datang. Tidak banyak orang yang benar-benar tenang dalam menghadapi masalah, ada yang terlalu cepat mengambil keputusan yang bahkan hanya menyebabkan blunder bagi dirinya sendiri dan menambah beban karena keputusannya yang benar-benar keliru, ada pula yang hanya bisa meratapi mengapa masalah datang, dan hanya bisa menangis, merengek kepada tuhan, dan berharap masalah selesai tanpa ada analisa, usaha konkrit agar masalah bisa benar-benar selesai.
Lalu, kenapa manusia kebanyakan hanya bisa bertindak demikian ketika masalah datang? Mengapa mereka tidak mencoba menganalisa masalah yang ada hingga benar-benar mengerti bentuk masalh yang ada? Ya, jawabannya tidak lain adalah karena manusia adalah makhluk egois, yang terbiasa menerima sesuatu dalam bentuk instan, ketidak inginan manusia untuk introspeksi dirinya sendiri dalam menganalisa masalah menjadi boomerang bagi dirinya sendiri, selain karena ia tidak dapat memahami masalah, ia pun juga tidak akan bisa memecahkan masalah, pun mengambil hikmah dari sebuah masalah yang menimpa dirinya.
Kebiasaan buruk manusia yang sulit hilang adalah manusia terbiasa memaksa pikirannya bahwa apa yang ada didalam benaknya sudah pasti benar, manusia (khususnya remaja) jarang menggunakan seluruh kekuatan pikirannya untuk menganalisa masalah, mencari akar masalah, dan bermusyawarah dengan otaknya sendiri secara positif untuk mencari jawaban yang benar-benar bisa digunakan untuk memecahkan masalah. Manusia lebih menginginkan hasil instan agar masalah bisa cepat selesai, maka dari itulah terkadang manusia hanya bisa memaksa pikirannya bahwa apa yang ia pikirkan sudah pasti benar, tanpa pernah mau berpikir jauh lebih dalam tentang apa yang ada dalam pikirannya benar atau tidak, dan langsung di formulasikan dalam kehidupan nyata untuk menghadapi masalah. Dan hasilnya pun sudah bisa ditebak. Masalah tidak hanya nggak selesai, melainkan bertambah buruk.
Kalau manusia mau berpikir jauh lebih positif, jauh lebih dalam, dan jauh lebih luas dalam mencari celah yang ada dalam pemecahan masalah, hal-hal negatif yang timbul dari sebuah masalah, seperti stres, tekanan batin, atau bahkan gangguan jiwa, mungkin bisa saja dihindari. Tuhan itu maha adil kok, didalam suatu masalah, tuhan pasti menyelipkan suatu hikmah yang bisa dipelajari, ditelaah, dan dijadikan bahan untuk bisa memperbaiki diri, dan menjadikan seorang manusia menjadi manusia yang lebih baik, berkualitas. Namun hal ini kadang tidak disadari oleh manusia kebanyakan.
Mungkin manusia juga perlu belajar menghadapi masalah melalui cacing. Cacing apabila terkena masalah, sebagai contoh jika tubuh cacing ditaburi garam, tentunya ia akan merasa seperti kesakitan dan menggeliat secepatnya untuk keluar dari garam, manusia pun bisa mencontoh dari fenomena binatang yang satu ini, cacing tidak pernah mempunyai waktu untuk bersedih dikala dilanda bencana, ia akan memikirkan secepatnya jalan keluar yang terbaik agar ia bisa segera terbebas dari rasa sakit. Lain halnya dengan manusia, kebanyakan manusia terus menerus larut dalam kesedihan ketika dirinya dilanda musibah / masalah, dan bukan memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk dirinya.
Terkadang, jika mendapat suatu masalah, bukannya mensyukuri bahwa ia sedang dikirim masalah oleh tuhan untuk memperbaiki dirinya sendiri, kadang manusia langsung melayangkan protes kepada tuhan dan seolah - olah berkata, “ hei tuhan, mengapa engkau mengirim masalah ini kepada hamba? Kenapa tidak kau kirim saja masalah kepada orang-orang yang jauh lebih jahat, jauh lebih sejahtera daripada hamba ?”. jika ada orang yang berpikir demikian, ada kemungkinan manusia itu “hanya tahu” kalimat yang berbunyi “Tuhan tidak akan mengirim masalah diluar kemampuan hambaNya”, tanpa pernah benar-benar memahami kalimat tersebut dan rahasia kecil dari kalimat tersebut.
Pernahkah kalian menyadari bahwa Sang Maha Kuasa memang tidak akan pernah benar-benar mengirim masalah besar diluar kemampuan hambanya dalam menghadapi masalah? Tuhan pun pasti memilah-memilah masalah untuk dikirmkan kepada hambanya, entah itu masalah yang Nampak di depan mata, atau bahkan masalah yang tidak disadari oleh manusia.
Ada sebuah ungkapan yang berbunyi “semakin tinggi pohon, semakin kuat angin menerjangnya” (kira-kira bunyi kalimatnya kaya gitu, tapi maknanya sama). Dalam pembahasan ini, semakin tinggi pohon diibaratkan sebagai tingginya iman seorang manusia. Semakin tinggi iman manusia, maka semakin besar pula tuhan memberikan masalah agar bisa menambah keimanan seorang manusia kepada tuhan. Lalu bagaimana dengan seseorang yang imannya rendah? Apakah tuhan akan lupa ? tentu tidak, tuhan pun juga akan mengirimkan masalah kepada orang yang beriman rendah, namun terkadang, masalah yang dikirim bukanlah masalah yang bisa membuatnya sengsara, melainkan sebuah masalah yang bisa membuat dirinya serasa di surga.
Loh kok begitu sih ? mari sejenak kita perhatikan kehidupan dunia yang sudah benar-benar tidak terkontrol, di kehidupan malam, kehidupan malam yang sudah makin tidak terkontrol, pesta malam setiap hari, lalu ada pula orang yang “mendadak” kaya dengan perbuatan liciknya dan menggunakan dana haram itu untuk membahagiakan keluarga. Sepintas kita perhatikan dari beberapa contoh diatas, bagi orang-orang yang terlibat langsung di contoh, bukankah menurut mereka kehidupan seperti itu serasa seperti disurga? Padahal itu adalah sebuah masalah besar yang tidak pernah bisa dilihat dari pelaku kehidupan liar tersebut, pelaku kehidupan tersebut menganggap hal itu bukanlah sebagai masalah melainkan hanya sebatas untuk menyenangkan diri sendiri dari kehidupan yang penat. Pelaku di kehidupan tersebut tidak akan pernah menyadari itu bukanlah suatu masalah jika mereka berpikir bahwa kehidupan yang seperti itu adalah “kebahagiaan yang diberikan tuhan”.
Bagaimana mungkin kita bisa seenaknya melayangkan protes kepada tuhan atas masalah yang diberikan tuhan kepada kita, tanpa pernah tau maksud dan tujuan tuhan mengirimkan masalah tersebut kepada kita ? bukalah selebar-lebarnya kekuatan pikiran yang kita punya, kita mempunyai kemampuan untuk benar-benar membuat otak kita bekerja untuk mencari kebahagiaan di dalam masalah yang kita dapat, bukankah jika masalah yang kita hadapi selesai, secara tidak langsung kita sudah memperbaiki diri kita sendiri dan menjadikan kita manusia yang lebih baik daripada sebelum kita mendapatkan masalah?

Percayalah seutuhnya bahwa, tuhan tidak akan mengirim masalah diluar kemampuan manusia untuk mengatasinya. Tuhan lah yang menjalankan roda kehidupan, bahkan tuhan pun mengijinkan takdir yang sudah ditetapkan tuhan asalkan manusia itu mau benar-benar berusaha keras dan benar-benar mendekatkan diri kepadaNya. Jika ada susah, maka pasti ada senang, sama halnya dalam masalah, jika masalah datang dan membawa petaka bagi diri kita, berpikirlah jauh lebih positif, jauh lebh luas, jauh lebih lebar, tanpa pernah memaksakan apa yang ada dipikiran kita sudah pasti merupakan hal yang benar. Insya allah masalah itu akan selesai, dan pasti ada hikmah, baik yang Nampak maupun tidak jika suatu masalah sudah bisa teratasi, tinggal bagaimana kita menyikapi hikmah yang diberikan tuhan atas masalah yang dikirimNya kepada kita, umat manusia.
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar