Rabu, 17 November 2010

OSIS, PENYARINGAN, MATERI, DAN EFEK LDKS YANG KURANG OBJEKTIF

Osis, organisasi legal sekolah yang diakui oleh dinas pendidikan. Osis adalah kependekan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Banyak orang yang bilang bahwa osis adalah “DPR” nya sekolah. Seluruh warga sekolah pun secara tidak langsung mengakui bahwa anak” osis adalah “anak-anak terpilih” dr sekolah krn mampu melewati berbagai macam rintangan sebelum resmi menjabat sebagai OSIS.

Namun tidakkah kalian sadari bahwa, penyeleksian, pemberian materi, dan ldks osis dalam beberapa tahun ini mengalami kemunduran sehingga kinerja osis banyak dikritik oleh banyak pihak. Diantaranya adalah karena anak-anak osis yang sering kali merasa menjadi “dewa” sekolah karena dianggap sbagai anak-anak terpilih. Berikut adalah kekurangan yang (mungkin) harus diperbaiki oleh pengurus, senior, atau bahkan alumni osis :
1. Penyeleksian osis : Penyeleksian osis memberikan kebebasan bagi siapapun murid sekolah, baik yang berprestasi, baik, bertingkah laku buruk, atau yang lainnya untuk mendaftarkan diri menjadi osis. Senior osis yang melakukan penyeleksian pun mungkin tidak mengetahui tingkah laku calon-calon osis karena ada peraturan tidak tertulis yang membolehkan siapapun untuk mendaftarkan diri menjadi osis. Saat pemberian materipun si calon osis rata-rata hanya memberikan jawaban “iya kak”, dan “mengerti kak” saat diberikan perintah.
2. pemberian materi dan keluasan wawasan senior: inilah kunci dari segala bentuk penyeleksian osis, perbendahraraan kata senior osis amat sangat dibutuhkan untuk membangkitkan gairah, pola pemikiran, dan mental si calon osis agar bias menjadi anggota osis. Apabila si pemberi materi tidak mempunyai perbendaharaann kata yang mumpuni dan sulit mengolah kata demi kata menjadi suatu untaian kalimat yang mampu memotivasi dan mengubah pola pikir si calon osis, bias dijamin bahwa si calon osis akan mempunya pola pikiran yang stagnan dan tidak mempunyai mental pejuang dan pemimpn.
3. masih berlakunya factor “seleksi alam” : ini mungkin suatu pemikiran yang amat sangat kampungan. Penyeleksian osis masih memberlakukan system ortodoks seperti ini. Singkat kata, orang-orang yang dianggap pantas masuk osis adalah orang yang mampu bertahan hingga selesainya ldks. Orang – orang yang mengundurkan diri sebelum dimulainya ldks dianggap sebagai pecundang dan dianggap tidak pantas masuk osis Karena tidak mempunyai mental yang cukup bagus. Darimana mereka berpikir seperti itu ? pengunduran diri osis mungkin memang benar-benar suatu alas an yang tidak mungkin untuk dilawan, bisa saja kan orang yang mengundurkan diri itu mempunyai kemampuan yang jauh lebih baik dibandingkan orang yang masih bertahan hingga selesainya ldks? Mungkin saja kegiatan dia diluar sudah amat sangat banyak sehnigga tidak memungkinkan untuk masuk ke dalam osis. Pemikiran seperti ini sungguh amat sangat tidak diperlukan.
4. tidak adanya “penyeleksian”: pra ldks dianggap sebagai salah satu proses penyeleksian osis. Pemberian materi, dan tugas-tugas dari senior membuat mereka mau tidak mau harus mengerjakan itu agar bisa masuk ke dalam osis. Bahkan mereka rela melakukan hal konyol. Tidak sedikit pula dari mereka yang membangkang dari apa yang diperintahkan. Setelah ldks, semua proses selesai dan orang yang bisa bertahan hingga ldks dianggap pantas, dan lagi-lagi masih dilakukan system yang komulatif. Lalu dimana penyeleksiannya ? bukankah harusnya mereka memilah mana yang pantas dan tidak untuk masuk osis dari segi kemampuan dasar mereka berorganisasi, dibandingkan dengan mereka yang “hanya nurut”. Kebiasaan adat timur yang masih memakai perasaan tega memaksa mereka tidak bisa bertindak tegas untuk mencoret orang-orang yang benar” tidak pantas masuk osis yang didasari oleh kemampuas dasar pribadi si calon osis. Dimana mereka mengajarkan sebuah ketegasan dalam penyeleksian apabila setiap orang yang daftar dipastikan masuk osis apabila bisa bertahan sampe selesainya ldks walaupun tidak mempunyai kemampuan mumpuni ?
5. mengajarkan motto yang tidak baik : kalian pasti pernah mendengar kata-kata “bisa nggak lo mengutamakan osis daripada KELUARGA LO, PACAR LO, ORANG TUA LO, dan UANG LO?” atau yang semacamnya. Bukankah secara langsung si senior mengajarkan untuk terus-menerus focus untuk osis dibandingkan mengutamakan kepentingan pribadi yang BENAR-BENAR PENTING ? silahkan anda pikirkan sendiri hal ini. Dimana mereka mengajarkan asas kekeluargaan apabila mereka sendiri yang mengajarkan harus mengutamakan osis dibandingkan keluarganya sendiri?
6. LDKS : inilah moment utama dari segala macam penyeleksian osis. Seharusnya, di event inilah seluruh kemampuan senior, penguji, atau alumni dikerahkan sebaik-baiknya untuk memotivasi, merubah perilaku, dan memperluas pola pikir si calon osis. Apakah ldks ini positif ? TIDAK! Kenapa? LDKS belakangan ini hanyalah sebuah formalitas belaka. Terlalu banyak senior yang menginginkan berada di pos mental, atau pos yang paling ditakuti dari semua pos-pos yang ada. Apa alasannya ? sederhana, karena mereka “hanya” ingin memarah-marahi si calon osis semarah-marahnya dengan tujuan si calon osis kuat menghadapi tekanan. Hasilnya ? TIDAK EFEKTIF. Mengajarkan orang yang baru berorganisasi agar kuat menerima tekanan bukan seperti itu, senior pasti tau persis bagaimana bentuk tekanan yang dikeluarkan senior dan tekanan yang dihasilkan saat mereka resmi menjadi osis. Pos mental yang ada sekarang hanya akan menjerumuskan si calon ke dalam 3 jalur. Mereka akan takut kepada senior, mereka akan benci kepada senior, dan mereka akan menunggu hingga saat si calon osis menjadi senior dan memegang kendali dalam ldks untuk melakukan revans ke calon osis berikutnya. Beruntuunglah jika semua anggota calon osis mempunyai pola pikir yang mumpuni, jika tidak ? di pos-pos lain juga demikian, interview jauh lebih banyak dibandingkan pemberian materi yang bisa mengubah pola pikir anak-anak calon osis menjadi lebih kritis. Dan jika terlalu banyak interview, siapakah yang untung ? ya si pemberi materi, mereka jadi tau kelebihan dan kekurangan si calon osis. Apa yang didapat dari si calon osis ? NOL!

Sebetulnya masih banyak point-point yang harus diperbaiki para senior osis agar bisa menghasilkan anggota osis yang berkualitas dalam tenggat waktu penyeleksian yang amat sempit itu. dan dari point yang saya jabarkan di atas, pasti anda bisa mengira-mengira efek apa yang akan terjadi apabila system ortodoks tersebut masih diberlakukan untuk jangka waktu yang lama. Mudah-mudahan kritikan saya bermanfaat. Dan patut diingat, point diiatas tidak hanya terjadi di tempat saya bersekolah dulu, sebagian besar sekolah mempunyai system penyeleksian yang sama, dan hanya segelintir orang” yang bertahan dari proses tersebut mempunyai skill yang amat sangat mumpuni. Come on guys, berpikirlah jauh lebih kritis dalam usaha menumbuh kembangkan mental anak muda yang bersemangat menjadi seorang pemimpin.
Terimakasih.

1 komentar: